Monday, April 26, 2010

Monday, April 19, 2010

Balada Tukang Kerupuk

Seminggu kemaren saya pulang ke Surabaya untuk menghadiri acara keluarga sekaligus menengok 'keponakan pertama' untuk yang pertama kalinya. Karena satu dan lain hal (halah), kali ini saya mudik sendirian, tanpa ditemani suami. Sesampainya di Singapore Hari Jumat sore, Novrida, seorang teman dekat yang dengan baik hati mau menggantikan saya mengajar di SIS pada Hari Minggu sebelumnya, datang ke rumah untuk 'melaporkan' hasil belajar dan ngasih daftar absen (sekalian ngambil oleh-oleh ngasih 'kabar gembira').

Kami cekakak-cekikik dan ngobrol ngalor-ngidul, sampai tiba-tiba sekitar jam setengah 5 sore pintu rumah saya diketuk orang. Obrolan kami terhenti seketika. Pelan-pelan saya menengok ke lobang intip pintu untuk melihat siapa yang datang. Kosong. Tidak ada orang disana. Si pengetuk pintu 'sembunyi' dari lobang intip. Tapi dia tetap mengetuk. Pelan dan konstan.

Novrida menghampiri saya dan ikut menengok lobang intip, lalu bertanya siapa kira-kira yang ada di luar. Dengan yakin saya jawab 'tukang kerupuk', karena memang rumah saya sering 'disantroni' tukang kerupuk yang kl ngetok pintu keuh-keuh banget dan kl dibukain langsung memelas, setengah memaksa saya membeli barang dagangannya yang seringnya apek.

Sampai sekitar 10 menit, 'si tukang kerupuk' tetap gigih mengetuk pintu. Karena pintu rumah saya sebenarnya sedang tidak terkunci, saya dan Novrida diam di balik pintu, jaga-jaga kl si tukang kerupuk ini nekat coba-coba buka pintu.

Memasuki menit belasan, saya masuk ke kamar, memutuskan untuk memakai jilbab. Mungkin sebaiknya kali ini saya membuka pintu dan ngomong baik-baik. Lagipula saya dan Novrida udah kaya detektif ga jelas yang daritadi bisik-bisik di balik pintu sambil nengok-nengok lobang intip dan mengira-ngira pentungan apa yang bisa dipakai kl si tukang kerupuk ini nekat buka pintu.

Belum sempet pakai jilbab, tiba-tiba henfon saya bunyi. Suami. Saya menjawab "halo" dengan suara berbisik. Well, telepon itu membuat saya harus cepat-cepat keluar kamar dan membuka pintu rumah. Novrida bengong melihat saya membuka pintu tanpa memakai jilbab. Setelah melihat siapa yang ada di balik pintu, barulah kami semua ketawa sampe mules.

Ternyata si tukang kerupuk tadi adalah suami saya, Sodara-Sodara! Hahaha..
Dia pulang kantor lebih cepet tanpa memberitahu saya sebelumnya. Mungkin maksudnya sekalian kasih kejutan dalam rangka menyambut istri yang baru datang. Karena cape jalan kaki dari MRT Station sambil gendong tas laptop, dia senderan di sisi kanan pintu, 'sembunyi' dari lobang intip.
Hoho.. pantesan keuh-keuh banget ngetok pintunya. Lha wong rumahnyaaa...

Maaf ya, sayang.. :P

Note: Gambarnya 'minjem' dari istockphoto.com.

Tuesday, April 6, 2010

For Your Information

Beberapa fakta menarik tentang pahlawan devisa kita yang belajar di Sekolah Indonesia Singapura setiap Hari Minggu :

  1. Walaupun 'cuma' domestic worker, banyak di antara mereka yg bawa laptop ke sekolah dan itu membuat suasana kantin Sekolah Indonesia Singapura di Hari Minggu "11-12" sama suasana kantin Singapore Management University. Hoho..
  2. Beberapa di antara mereka memanggil saya "Bu Teacher" dan walaupun saya bilang ke mereka kalau sebutan itu salah, somehow saya suka sebutan itu. Lucu.
  3. Memperbaiki hal yang salah lebih sulit daripada mengajarkan sesuatu mulai dari 0. Murid-murid saya yang sudah lama tinggal di Singapore menyelipkan kata 'already' khas singlish dimana-mana dan susah banget dikasihtauin. Misalnya, "Today I'm going to school already." --'
  4. Mereka sangat rajin belajar. Bahkan few of them minta dikasih PR mulu dan cerita kalau mereka membaca ulang materi yang diajarkan setiap hari! 
  5. Gaji mereka ada yang mencapai more than 1000 SGD loh.. Bersih dibawa pulang! Jangan suka ngeremehin TKW lagi yaa.. Apalagi buat yg gajinya masih kurang dari itu. :)
  6. Bulan ini akan ada beberapa mahasiswa UT Sekolah Indonesia Singapura yang diwisuda dan kata Pak Dubes di Dialog Publik minggu lalu, beberapa di antara mereka meraih nilai lebih tinggi dari mahasiswa UT lain di Indonesia. Wow!
  7. Salah satu murid di kelas saya diajak nge-gym sama bos bule-nya tiap sore. Hohoho.. Pantesan badannya kenceng!
  8. Sejak berbagi ilmu di SIS, setiap Hari Minggu saya jadi lumayan terkenal di MRT Station atau di Orchard Rd. Selalu ada yang nyapa "Hi, Ms. Wulan" atau "Halo, Bu Guru!" Hohoho.. Mom, I am becoming a teacher just like you. :">

Anyhow, di balik semua rasa bangga saya kepada mereka, saya tetap berharap suatu hari nanti, rantai pengiriman 'pembantu' dari Indonesia ke negara manapun bisa terputus. Semoga.