Hari ini Seranina tepat berusia 3 bulan. Selama 3 bulan ini dia telah mengubah hidup saya dan suami, serta membuat rumah kami 'bau bayi'.
Badannya sudah bulat berisi, tingkahnya semakin banyak, lehernya semakin kuat, tawanya sudah tergelak, dan belakangan ini celotehnya selalu menceriakan pagi di rumah kami. Saya, si ibu amatir tanpa asisten dan jauh dari orangtua ini, harus kejar tayang belajar dari berbagai sumber mengenai segala sesuatu tentang dunia bayi. Tentang pola tidur, pola minum susu, vaksinasi, suhu tubuh, warna urine dan warna poop, asupan ibu menyusui, endesbre endesbre. Banyak dan ga abis-abis. Suami juga sudah sangat jago menggendong bayi dengan berbagai posisi.
Dan bener kata orang, saat kita sudah punya anak, rasanya anak kitalah yang 'ter' di dunia ini. Setiap saat pengennya ngobrol soal dia lagi dan dia lagi, terlebih setiap ada satuuu saja kebisaan barunya. Akun sosial media saya kebanyakan berisi foto atau cerita singkat tentang dia. Dan setiap kali berhasil membuat dia tersenyum puas ataupun tertidur pulas, rasanya seperti baru saja meraih suatu prestasi.
Saya bersyukur karena saat ini saya tidak dihadapkan pada kondisi dimana saya harus meninggalkan Seranina setiap hari. Saya sudah kembali mengajar, tapi hanya seminggu sekali. Saya juga masih bisa berkarya dari rumah sambil melihat tumbuh kembang anak saya secara langsung dan menemaninya di momen-momen berharga yang tidak bisa terulangi.
Dulu saya dibesarkan di sebuah keluarga dengan ibu bekerja yang tidak bisa ada setiap saat untuk saya. Kalau si mbok pulang, saya dititipkan ke tetangga. Sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sering berangan-angan mempunyai ibu yang bisa menemani hari-hari saya, mengambilkan raport saya, dan duduk dengan senyum bangga di antara ibu-ibu lainnya saat nama saya dipanggil sebagai juara. Kami termasuk beruntung karena si mbok yang merawat dan menemani saya setiap hari bukanlah orang yang suka nonton TV ataupun ngerumpi dan saya-kecil adalah anak dengan gengsi tinggi yang malu kalau ga berprestasi. --"
Semakin besar saya semakin mengerti dan tidak menyalahkan ibu saya. Pun menuntut beliau untuk selalu ada. Ibu saya sangat mencintai apa yang beliau kerjakan. Ada passion dan totalitas di sana, dan saya selalu bangga menjadi anaknya.
Hanya saja saya tidak mau Seranina-kecil merasakan hal yang sama dengan yang saya-kecil rasakan. Berkesempatan mengajar dan banyak berinteraksi secara langsung dengan domestic worker disini, juga semakin membuat hati saya merasa mantab untuk mendidik anak saya sendiri, terutama di masa-masa penting tumbuh kembangnya.
Well, saya masih tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Yang jelas untuk saat ini saya masih belum mau kehilangan momen 'berhasil menenangkan tangis anak saya dengan meraih lembut jemari tangannya dan menempelkannya pelan-pelan ke pipi saya'.
Welcome to your 5th trimester, nak.. Semoga selalu sehat dan semakin pinter.
Dan untuk teman-teman yang harus meninggalkan anaknya untuk kembali ke kantor, semangat, yaa.. Someday your baby surely will understand. Just like little-me. :)
:) :) :)
ReplyDeletesemangaaaaaaaaaaat!!
Selamat menikmati saat2 bersama sang buah hati. Enam tahun yang lalu saya dan istri mengalami hal ini untuk yang ke-2. Sekarang udah lupa tuh bau bayi itu gimana.. :)
ReplyDelete