Monday, April 19, 2010

Balada Tukang Kerupuk

Seminggu kemaren saya pulang ke Surabaya untuk menghadiri acara keluarga sekaligus menengok 'keponakan pertama' untuk yang pertama kalinya. Karena satu dan lain hal (halah), kali ini saya mudik sendirian, tanpa ditemani suami. Sesampainya di Singapore Hari Jumat sore, Novrida, seorang teman dekat yang dengan baik hati mau menggantikan saya mengajar di SIS pada Hari Minggu sebelumnya, datang ke rumah untuk 'melaporkan' hasil belajar dan ngasih daftar absen (sekalian ngambil oleh-oleh ngasih 'kabar gembira').

Kami cekakak-cekikik dan ngobrol ngalor-ngidul, sampai tiba-tiba sekitar jam setengah 5 sore pintu rumah saya diketuk orang. Obrolan kami terhenti seketika. Pelan-pelan saya menengok ke lobang intip pintu untuk melihat siapa yang datang. Kosong. Tidak ada orang disana. Si pengetuk pintu 'sembunyi' dari lobang intip. Tapi dia tetap mengetuk. Pelan dan konstan.

Novrida menghampiri saya dan ikut menengok lobang intip, lalu bertanya siapa kira-kira yang ada di luar. Dengan yakin saya jawab 'tukang kerupuk', karena memang rumah saya sering 'disantroni' tukang kerupuk yang kl ngetok pintu keuh-keuh banget dan kl dibukain langsung memelas, setengah memaksa saya membeli barang dagangannya yang seringnya apek.

Sampai sekitar 10 menit, 'si tukang kerupuk' tetap gigih mengetuk pintu. Karena pintu rumah saya sebenarnya sedang tidak terkunci, saya dan Novrida diam di balik pintu, jaga-jaga kl si tukang kerupuk ini nekat coba-coba buka pintu.

Memasuki menit belasan, saya masuk ke kamar, memutuskan untuk memakai jilbab. Mungkin sebaiknya kali ini saya membuka pintu dan ngomong baik-baik. Lagipula saya dan Novrida udah kaya detektif ga jelas yang daritadi bisik-bisik di balik pintu sambil nengok-nengok lobang intip dan mengira-ngira pentungan apa yang bisa dipakai kl si tukang kerupuk ini nekat buka pintu.

Belum sempet pakai jilbab, tiba-tiba henfon saya bunyi. Suami. Saya menjawab "halo" dengan suara berbisik. Well, telepon itu membuat saya harus cepat-cepat keluar kamar dan membuka pintu rumah. Novrida bengong melihat saya membuka pintu tanpa memakai jilbab. Setelah melihat siapa yang ada di balik pintu, barulah kami semua ketawa sampe mules.

Ternyata si tukang kerupuk tadi adalah suami saya, Sodara-Sodara! Hahaha..
Dia pulang kantor lebih cepet tanpa memberitahu saya sebelumnya. Mungkin maksudnya sekalian kasih kejutan dalam rangka menyambut istri yang baru datang. Karena cape jalan kaki dari MRT Station sambil gendong tas laptop, dia senderan di sisi kanan pintu, 'sembunyi' dari lobang intip.
Hoho.. pantesan keuh-keuh banget ngetok pintunya. Lha wong rumahnyaaa...

Maaf ya, sayang.. :P

Note: Gambarnya 'minjem' dari istockphoto.com.

6 comments:

  1. Buahahhahahah...tukang kerupuk??? KDL No! wakakkakakkak

    ReplyDelete
  2. jadi si abang jual kerupuk apa neng? xixixi

    ReplyDelete
  3. wkakakaka....lucu bgt...kasian udah 10 menit-an dibiarkan terlantar di depan rumahnya sendiri...hihi...

    ReplyDelete
  4. gyahahhahaa, kasian amat. udah cape2 jalan, disangka tukang kerupuk pula....ngambek gak tuh pas pintunya dibuka? gyahahhaha

    ReplyDelete